Profil Desa Sendangsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Sendangsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sendangsari, Garung, Wonosobo. Jelajahi desa subur yang identitas dan kehidupannya bersumber dari kelimpahan mata air atau `sendang`. Kenali potensi pertanian, kearifan lokal dalam konservasi air, dan pesona alamnya yang menenangkan.
-
Identitas Berbasis Sumber Air
Memiliki nama dan karakter wilayah yang erat kaitannya dengan "sendang" (sumber mata air), yang menjadi penopang utama kesuburan lahan dan kehidupan masyarakat.
-
Kawasan Pertanian Subur
Dikenal sebagai desa agraris dengan tingkat produktivitas tinggi berkat kelimpahan sumber daya air, yang memungkinkan budidaya hortikultura intensif sepanjang tahun.
-
Potensi Ekowisata dan Konservasi
Menyimpan potensi besar untuk pengembangan ekowisata berbasis alam dan air, serta menjadi contoh penting dalam praktik konservasi sumber mata air melalui kearifan lokal.
Terletak di lembah yang asri di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Desa Sendangsari memancarkan pesona kesuburan yang bersumber langsung dari namanya. "Sendangsari" merupakan gabungan dua kata, "Sendang" yang berarti sumber mata air dan "Sari" yang bermakna inti atau esensi. Nama ini bukan sekadar penanda geografis, melainkan sebuah pernyataan identitas yang mendalam. Kehidupan, budaya, dan denyut nadi ekonomi di desa ini berpusat pada anugerah alam berupa kelimpahan sumber mata air yang menjadi inti dari segala kemakmuran. Desa Sendangsari ialah wujud nyata dari harmoni antara manusia dan alam, di mana air dihormati sebagai sumber kehidupan yang menopang segalanya.
Etimologi Nama dan Makna Sumber Kehidupan
Nama sebuah tempat seringkali menyimpan jejak sejarah dan kearifan masa lalu, begitu pula dengan Desa Sendangsari. Pemberian nama ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai pengakuan atas karunia terbesar yang dimiliki wilayah mereka: banyaknya sendang atau sumber mata air yang muncul di berbagai sudut desa. Mata air ini tidak pernah kering, bahkan di puncak musim kemarau, menyediakan pasokan air yang konstan untuk kebutuhan domestik dan, yang terpenting, untuk irigasi pertanian.Dalam budaya masyarakat agraris Jawa, sendang seringkali dianggap sebagai tempat yang sakral, pusat dari kehidupan. Keberadaannya dihormati dan dijaga secara komunal. Cerita-cerita tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi seringkali mengaitkan mata air ini dengan sejarah para leluhur yang pertama kali membuka lahan di wilayah tersebut. Dengan demikian, nama Sendangsari menjadi pengingat konstan bagi warganya akan pentingnya menjaga sumber daya air. "Bagi kami, menjaga mata air ini sama dengan menjaga masa depan anak cucu kami. Ini bukan sekadar air, ini adalah warisan," ungkap seorang tokoh masyarakat setempat, menegaskan dalamnya hubungan spiritual dan ekologis antara warga dan sumber air mereka.
Kondisi Geografis dan Hidrologis
Desa Sendangsari secara geografis berada di lereng bawah kompleks pegunungan Dieng, pada ketinggian yang lebih moderat dibandingkan kawasan puncak. Topografinya cenderung berbentuk lembah atau cekungan yang secara alami menjadi daerah tangkapan air (catchment area). Kontur inilah yang menjelaskan fenomena hidrologis berupa banyaknya mata air yang muncul ke permukaan. Air hujan yang meresap di perbukitan yang lebih tinggi mengalir di bawah tanah dan menemukan jalan keluarnya di wilayah Desa Sendangsari.Berdasarkan data pemerintah daerah, luas wilayah Desa Sendangsari adalah 2,74 kilometer persegi (km²). Desa ini berbatasan dengan wilayah lain yang menopang ekosistemnya. Di sebelah utara, berbatasan dengan Desa Tlogo dan Desa Gemblengan. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Mlandi. Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Garung, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tlogo. Kondisi geografis dan hidrologis yang unik ini menjadikan Desa Sendangsari salah satu wilayah paling subur di Kecamatan Garung.
Demografi dan Masyarakat Agraris
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru per tanggal 17 September 2025, jumlah penduduk Desa Sendangsari tercatat sebanyak 5.124 jiwa. Dengan luas wilayah 2,74 km², maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 1.870 jiwa per km². Populasi ini mayoritas besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, sebuah realitas yang dibentuk langsung oleh potensi alam yang mereka miliki.Masyarakat Desa Sendangsari merupakan cerminan dari komunitas agraris yang hidupnya selaras dengan ritme alam. Siklus tanam dan panen menjadi penentu utama aktivitas sehari-hari. Karakter masyarakatnya dikenal ulet, pekerja keras, dan memiliki rasa syukur yang tinggi terhadap alam. Ikatan sosial antarwarga terjalin sangat erat, diperkuat oleh tradisi gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari mengolah lahan pertanian, membangun rumah, hingga menyelenggarakan hajatan.
Pertanian Subur Berkah dari Sang Sendang
Kelimpahan air menjadi faktor penentu utama bagi keunggulan sektor pertanian di Desa Sendangsari. Jika desa-desa lain di dataran tinggi terkadang menghadapi kendala kekeringan saat kemarau panjang, petani di Sendangsari relatif lebih aman berkat pasokan air irigasi yang stabil dari mata air. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan penanaman secara lebih intensif, bahkan hingga tiga kali siklus panen dalam setahun untuk beberapa jenis komoditas.Lahan-lahan pertanian di desa ini ditanami berbagai jenis sayuran hortikultura yang sangat laku di pasaran, seperti cabai, tomat, kubis, dan aneka sayuran daun. Kualitas produk pertanian dari Sendangsari dikenal baik karena didukung oleh tanah yang subur dan air yang bersih. Sistem pengelolaan air untuk irigasi seringkali masih menggunakan metode tradisional yang diatur secara komunal, memastikan bahwa setiap petak sawah dan ladang mendapatkan bagian air secara adil. Keberhasilan pertanian ini tidak hanya menopang ekonomi desa, tetapi juga menjadikan Sendangsari sebagai salah satu pilar ketahanan pangan di Kabupaten Wonosobo.
Konservasi Air dan Potensi Ekowisata
Kesadaran akan vitalnya peran sumber mata air telah menumbuhkan kearifan lokal dalam hal konservasi. Masyarakat secara turun-temurun menjaga area di sekitar mata air utama, yang dikenal sebagai "zona lindung" informal. Mereka memahami bahwa vegetasi dan pepohonan di sekitar sendang harus dilestarikan untuk menjaga debit dan kualitas air. Praktik-praktik seperti tidak menebang pohon sembarangan dan tidak membuang limbah di dekat sumber air telah menjadi bagian dari etika komunal.Potensi ini membuka peluang besar untuk pengembangan ekowisata berbasis air. Desa Sendangsari dapat menawarkan pengalaman wisata yang unik dan menenangkan, jauh dari keramaian wisata massal. Konsep seperti "wisata sumber kehidupan" dapat dikembangkan, di mana pengunjung diajak untuk menelusuri jejak mata air, belajar tentang sistem irigasi tradisional, memahami pentingnya konservasi, dan menikmati ketenangan di sekitar sendang. Pengembangan taman atau pemandian alam yang dikelola secara profesional oleh badan usaha milik desa (BUMDes) dapat menjadi sumber pendapatan baru tanpa merusak kelestarian lingkungan.
Penutup: Inti Kehidupan dari Lereng Dieng
Desa Sendangsari adalah sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana kehidupan dapat tumbuh subur ketika manusia hidup harmonis dengan alam dan menghormati sumber dayanya. Namanya bukan sekadar toponimi, melainkan sebuah manifestasi dari identitas dan takdir wilayahnya yang diberkahi air melimpah. Di tengah isu global tentang krisis air dan perubahan iklim, praktik konservasi dan kearifan lokal yang hidup di Desa Sendangsari menjadi sangat relevan. Dengan terus menjaga `sari` kehidupannya, yaitu sumber mata air, Desa Sendangsari tidak hanya menjamin masa depan pertaniannya, tetapi juga memegang kunci untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang akan membawa kesejahteraan bagi seluruh warganya.
